Teknik industri
Teknik industri
adalah cabang dari ilmu teknik yang berkenaan
dengan pengembangan, perbaikan, implementasi, dan evaluasi sistem integral dari
manusia, pengetahuan, peralatan, energi, materi, dan proses.
Sejarah Teknik Industri
Di dunia
Kontribusi penting lainnya dan mengilhami Taylor
adalah
Charles
W. Babbage. Babbage adalah profesor ahli matematika di
Cambridge University.
Salah satu kontribusi pentingnya adalah buku yang berjudul
On the Economy of Machinery and Manufacturers
tahun
1832 yang mendiskusikan banyak topik menyangkut
manufaktur. Babbage mendiskusikan gagasan tentang
Kurva
Belajar (
Learning
Curve), pembagian tugas dan bagaimana proses pembelajaran
dipengaruhi, dan efek belajar terhadap peningkatan pemborosan. Dia juga sangat
tertarik pada metode pengaturan pemborosan. Charles Babbage adalah orang
pertama yang menganjurkan membangun komputer mekanis. Dia menyebutnya "
analytical calculating machine" , untuk
tujuan memecahkan masalah matematika yang kompleks.
Di Amerika Serikat selama akhir abad 19 telah
terjadi perkembangan yang memengaruhi pembentukan Teknik Industri.
Henry R. Towne menekankan aspek ekonomi terhadap
pekerjaan insinyur yakni bagaimana seorang insinyur akan meningkatkan laba
perusahaan? Towne kemudian menjadi anggota
American Society of Mechanical Engineers (
ASME)
sebagaimana yang dilakukan beberapa pendahulunya di bidang Teknik Industri.
Towne menekankan perlunya mengembangkan suatu bidang yang terfokus pada sistem
manufactur. Dalam
Industrial Engineering Handbook dikatakan bahwa
"ASME adalah tempat berkembang biaknya Teknik Industri". Towne bersama
Fredrick
A. Halsey bekerja mengembangkan dan memaparkan suatu Rencana Kerja
untuk mengurangi pemborosan kepada ASME. Tujuan Recana ini adalah meningkatkan
produktivitas pekerja tanpa berpengaruh negatif terhadap ongkos produksi.
Rencana ini juga menganjurkan bahwa sebagian keuntungan dapat dibagikan kepada
pekerja dalam bentuk insentif.
Henry
L. Gantt (juga anggota
ASME)
menekankan pentingnya seleksi karyawan dan pelatihannya. Dia, seperti juga
Towne dan Halsey, memaparkan paper dengan topik-topik seperti biaya, seleksi
karyawan, pelatihan, skema insentif, dan penjadwalan kerja. Dia adalah pencipta
Diagram
Gantt (
Gantt
chart), yang saat ini merupakan diagram yang sangat populer
digunakan dalam penjadwalan kerja. Sampai sekarang
Gantt
chart digunakan dalam bidang statistik untuk membuat prediksi yang
akurat. Jenis diagram lainnya telah dikembangkan untuk tujuan penjadwalan
seperti
Program Evaluation and Review Technique (
PERT)
dan
Critical
Path Mapping (
CPM).
Sejarah Teknik Industri tidak lengkap tanpa
menyebut
Frederick Winslow Taylor.
Taylor mungkin adalah pelopor Teknik Industri yang paling terkenal. Dia mempresentasikan
gagasan mengenai pengorganisasian pekerjaan dengan menggunakan
manajemen kepada seluruh anggota
ASME.
Dia menciptakan istilah
"Scientific Management" untuk
menggambarkan metode yang dia bangun melalui studi empiris. Kegiatannya,
seperti yang lainnya, meliputi topik-topik seperti pengorganisasian pekerjaan
dengan manajemen, seleksi pekerja, pelatihan, dan kompensasi tambahan bagi
seluruh individu yang memenuhi standar yang dibuat perusahaan.
Scientific
Management memiliki efek yang besar terhadap
Revolusi Industri, baik di
Amerika maupun di luar negara
Amerika.
Saat
Amerika Serikat menghadapi
Perang Dunia II, secara diam-diam pemerintah
mendaftarkan para ilmuwan untuk meneliti perencanaan, metode produksi, dan
logistik dalam perang. Para ilmuwan ini mengembangkan sejumlah teknik untuk
pemodelan dan memprediksi solusi optimal. Lebih lanjut saat informasi ini
terbongkar. lahirlah
Operation
Research. Banyak hasil penelitian yang masih sangat teoritis dan
pemahaman bagaimana menggunakannya dalam dunia nyata tidak ada. Hal inilah yang
menyebabkan jurang antara kelompok
Operation
Research (OR) dan profesi insinyur terlalu lebar. hanya sedikit
perusahaan yang dengan sigap membentuk departemen Operation Research dan
mengkapitalisasikannya.
Pada
1948 sebuah komunitas baru,
American Institute for Industrial Engineers (
AIIE),
dibuka untuk pertama kalinya. Pada masa ini Teknik Industri benar-benar tidak
mendapat tempat yang khusus dalam struktur perusahaan. Selama tahun
1960
dan sesudahnya, beberapa perguruan tinggi mulai mengadopsi teknik-teknik
operation research dan menambahkannya pada kurikulum Teknik Industri. Sekarang
untuk pertama kalinya metode-metode Teknik Industri disandarkan pada fondasi
analisis, termasuk metode empiris terdahulu lainnya. Pengembangan baru terhadap
optimisasi dalam matematika sebagaimana metode
baru dalam analisis statistik membantu dalam mengisi lubang kosong bidang
Teknik Industri dengan pendekatan teoritis.
Kemudian, permasalahan Teknik Industri menjadi
begitu besar dan kompleks pada dan saat komputer digital berkembang. Dengan
komputer digital dan kemampuannya menyimpan data dalam jumlah besar, insinyur
Teknik Industri memiliki alat baru untuk mengkalkulasi permasalahan besar
secara cepat. Sebelumnya komputasi pada suatu sistem memakan mingguan bahkan
bulanan, tetapi dengan komputer dan perkembangan sub-program
"sub-routines", perhitungan dapat dilakukan dalam hitungan menit dan
dengan mudah dapat diulangi terhadap kriteria problem yang baru. Dengan
kemampuannya menyimpan data, hasil perhitungan pada sistem sebelumnya dapat
disimpan dan dibandingkan dengan informasi baru. Data-data ini membuat Teknik
Industri menjadi cara yang kuat dalam mempelajari sistem produksi dan reaskinya
bila terjadi perubahan.
Di Indonesia
Sejarah Teknik Industri di Indonesia di awali
dari kampus ITB
Institut Teknologi
Bandung pada tanggal
1 Januari 1971.
Sejarah pendirian pendidikan Teknik Industri di ITB tidak terlepas dari kondisi
praktik sarjana mesin pada tahun lima-puluhan. Pada waktu itu, profesi sarjana
Teknik mesin merupakan kelanjutan dari profesi
pada zaman Belanda, yaitu terbatas pada pekerjaan pengoperasian dan perawatan
mesin atau fasilitas produksi. Barang-barang modal itu sepenuhnya diimpor,
karena di Indonesia belum terdapat pabrik mesin.
Di
Universitas Indonesia
(www.ui.ac.id), keilmuan Teknik Industri telah dikenalkan pada awal tahun tujuh
puluhan, dan merupakan sub bagian dari keilmuan Teknik Mesin. Sejak 30 Juni
1998, diresmikanlah Jurusan Teknik Industri (sekarang Departemen Teknik
Industri) Fakultas Teknik Universitas Indonesia, situs resminya di
http://www.ie.ui.ac.id/
Kalau pada masa itu, dijumpai bengkel-bengkel
tergolong besar yang mengerjakan pekerjaan perancangan konstruksi baja seperti
yang antara lain terdapat di kota
Pasuruan dan
Klaten,
pekerjaan itu pun masih merupakan bagian dari kegiatan perawatan untuk
mesin-mesin
pabrik
gula dan pabrik pengolahan hasil perkebunan yang terdapat di
Jawa Timur dan
Jawa Tengah. Dengan demikian kegiatan perancangan
yang dilakukan oleh para sarjana Teknik Mesin pada waktu itu masih sangat
terbatas pada perancangan dan pembuatan suku-suku cadang yang sederhana
berdasarkan contoh-contoh barang yang ada. Peran yang serupa bagi sarjana
Teknik Mesin juga terjadi di
pabrik
semen dan di
bengkel-bengkel
perkereta-apian.
Pada saat itu, dalam menjalankan profesi sebagai
sarjana Teknik Mesin dengan tugas pengoperasian mesin dan fasilitas produksi,
tantangan utama yang mereka hadapi ialah bagaimana agar pengoperasian itu dapat
diselenggarakan dengan lancar dan
ekonomis.
Jadi fokus pekerjaan sarjana Teknik Mesin pada saat itu ialah pengaturan
pembebanan pada mesin-mesin agar kegiatan produksi menjadi ekonomis, dan
perawatan
(maintenance) untuk menjaga kondisi mesin supaya senantiasa siap pakai.
Pada masa itu, seorang kepala pabrik yang umumnya
berlatar-belakang pendidikan mesin, sangat ketat dan disiplin dalam pengawasan
terhadap kondisi mesin. Di pagi hari sebelum pabrik mulai beroperasi, ia
keliling pabrik memeriksa mesin-mesin untuk menyakini apakah alat-alat produksi
dalam keadaan siap pakai untuk dibebani suatu pekerjaan.
Pengalaman ini menunjukan bahwa pengetahuan dan
kemampuan perancangan yang dipunyai oleh seorang sarjana Teknik Mesin tidak
banyak termanfaatkan, tetapi mereka justru memerlukan bekal pengetahuan
manajemen untuk lebih mampu dan lebih siap dalam pengelolaan suatu pabrik dan
bengkel-bengkel besar.
Sekitar tahun 1955, pengalaman semacam itu
disadari benar keperluannya, sehingga sampai pada gagasan perlunya perkuliahan
tambahan bagi para mahasiswa Teknik Mesin dalam bidang pengelolaan pabrik.
Pada tahun yang sama, orang-orang Belanda
meninggalkan Indonesia karena terjadi krisis hubungan antara Indonesia-Belanda,
sebagai akibatnya, banyak pabrik yang semula dikelola oleh para administratur
Belanda, mendadak menjadi vakum dari keadministrasian yang baik. Pengalaman ini
menjadi dorongan yang semakin kuat untuk terus memikirkan gagasan pendidikan
alternatif bidang keahlian di dalam pendidikan Teknik Mesin.
Pada tahun 1966 - 1967, perkuliahan di Teknik
Produksi semakin berkembang. Mata kuliah yang berbasis teknik industri mulai
banyak diperkenalkan. Sistem
man-machine-material
tidak lagi hanya didasarkan pada lingkup wawasan manufaktur saja, tetapi pada
lingkup yang lebih luas yaitu perusahaan dan lingkungan. Dalam pada itu, di
Departemen ini mulai diajarkan mata kuliah :
Manajemen
Personalia,
Administrasi Perusahaan,
Statistik
Industri,
Perancangan Tata Letak Pabrik,
Studi
Kelayakan,
Penyelidikan Operasional,
Pengendalian Persediaan Kualitas Statistik dan
Programa
Linier. Sehingga pada tahun 1967, nama Teknik Produksi secara resmi
berubah menjadi Teknik Industri dan masih tetap bernaung di bawah Bagian Teknik
Mesin ITB.
Pada tahun 1968 - 1971, dimulailah upanya untuk
membangun Departemen Teknik Industri yang mandiri. Upaya itu terwujud pada
tanggal 1 Januari 1971.