Mengisahkan pembantaian 1965.
Joshua Oppenheimer, sutradara campuran
Amerika-Inggris punya pandangan berbeda soal pembantaian 1965 di Indonesia. Ia
mengangkat secuil fakta tentang peristiwa yang dikenal sebagai tragedi G30S
itu. Film dokumenter dibuatnya untuk University of Westminster.
Karyanya berbeda 180 derajat dengan film
doktrinasi versi pemerintah yang dulu selalu diputar setiap 30 September. Ia
tak menampilkan kekejian Partai Komunis Indonesia yang disebut-sebut membunuh
tujuh jenderal dan merencanakan kudeta negara.
Joshua memilih sudut pandang dari para korban.
Data-data dikumpulkan sejak 2005 hingga 2011.
Joshua kemudian mengisahkan peristiwa pelanggar hak asasi manusia itu lewat
sosok Anwar Kongo, seorang pemimpin gerakan pembunuh terkuat di Medan, Sumatera
Utara. Dulu, Anwar seorang calo tiket.
Bersama kamera Joshua, ia mengingat kekelaman
1965. Lokasi pembantaian didatangi Anwar bersama Joshua. Cara-cara kejam yang
dilakukan untuk membunuh, pun dipraktikkan.
Tak hanya satu atau dua, korbannya mencapai
ribuan. Mereka para warga tak berdosa yang dicap hina hanya karena berkerabat
dengan seorang PKI, ancaman bangsa.
Ironisnya, setelah itu Anwar dan kawan-kawannya
justru dianggap pahlawan. Mereka dielu-elukan karena telah “menyelamatkan”
bangsa dari bahaya laten PKI. Kini, Anwar sendiri menjadi bagian dari
organisasi Pemuda Pancasila. Saat pertama diminta Joshua, Anwar antusias.
Mengutip Democracy Now, ia bangga akan
dedikasinya terhadap negara dan bisa membunuh tanpa hukuman. Namun saat kamera
mulai merekam dan ia merekonstruksi adegan pembunuhan, Anwar mulai gelisah dan
menyesal soal masa lalunya sebagai “tukang jagal”.
Ia bahkan sempat tak sanggup melanjutkan
“akting”-nya dalam film itu karena bisa merasakan apa yang korbannya rasakan.
Takut, ngeri, sampai akhirnya pasrah tahu akan dibunuh.
Film dokumenter itu dirilis Joshua tahun 2012,
dengan judul The Act of Killing alias Jagal dalam bahasa
Indonesia. Skandal pembunuhan terbesar di Indonesia itu mengejutkan banyak
pihak.
The Act of Killing mendapat sanjungan di
mana-mana. Selain membongkar skandal negara, ceritanya juga begitu kuat.
Kini, The Act of Killing makin tersohor.
Ia baru saja diumumkan menjadi salah satu nominator penghargaan paling bergengsi
di bidang film: Oscar.
Mengutip situs resmi Oscar, film itu masuk
kategori Documentary Feature bersama Cutie and the Boxer, Dirty
Wars, The Square, dan 20 Feet from Stardom. Pemenang
Oscar ke-86 itu sendiri akan diumumkan pada 2 Maret 2014.
0 komentar:
Posting Komentar